Rabu, 10 Juli 2013



WAKTU TAK AKAN PERNAH KEMBALI
Hari telah berganti, persoalanpun silih berganti. Itulah hal yang selalu terulang setiap saat yang dirasakan oleh setiap orang dalam kehidupannya. Kehidupan dikatakan berjalan, karena adanya waktu yang terus berjalan.
Waktu yang diberikan Tuhan kepada manusia merupakan misteri yang tidak akan pernah bisa diungkap oleh manusia dimanapun dan sampai kapanpun hingga ajal menjemput. Jadi sudah sepatutnya bagi manusia untuk dapat memanfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Karena waktu bukanlah sesuatu yang bisa diajak untuk berdiskusi. Ia datang dan pergi sesuka hati sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Sang Pencipta. Ia tak pandang bulu mengenai siapa yang ada didalamnya. Karena baginya, semua yang ada di dalam lingkarannya adalah sama.
Bagi para pekerja, “waktu adalah uang”, sedangkan bagi pelajar, “waktu adalah ilmu”. Kedua hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya sebuah waktu. Namun meskipun demikian, banyak diantara kita yang menyia-menyiakan waktu. Hasan Al-Bashri r.a berkata: “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu tidak lain hanyalah perjalanan waktu; setiap kali waktu berlalu, berarti hilang sebagian dirimu.” (Siyaru A’laamin Nubalaa’ IV:585).
Jika kita menengok sebentar saja mengenai waktu, maka kita akan dapat dengan mudahnya menemukan celah-celah kekosongan yang seharusnya dapat dimanfaatkan. Oleh sebab itu sudah selayaknya kita memanfaatkan waktu yang diberikan-Nya dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan mewujudkan disiplin karena wktu akan terus berlalu dan akan pernah kembali.

Senin, 08 Juli 2013



KOLOM DAN TAJUK RENCANA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah:  Pendidikan Jurnalistik
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si





Disusun oleh:

                       Mahfudz Sazali                       (103111122)
                       Mualifin                                  (103111126)
                       M. Kholid Mawardi                (103111127)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



KOLOM DAN TAJUK RENCANA

I.            PENDAHULUAN
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.
Salah satu media informasi yang masih digunakan adalah surat kabar. Di dalam surat kabar, memuat halaman – halaman yang berisi tentang artikel, berita, tajuk rencana, opini, lolom dan masih banyak lagi. Tapi dalam makalah ini hanya akan membahas dua topik yaitu kolom dan tajuk rencana. Dimana setiap topik akan dijelaskan secara terperinci.

II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana Pengertian Kolom?
B.     Bagaimana Pengertian Tajuk rencana?
C.     Bagaimana Teknik Menulis Kolom dan Tajuk Rencana?

III.            PEMBAHASAN
A.    KOLOM
Kolom (column) adalah sebuah rubrik khusus di media massa cetak yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah. Rubrik khusus ini umumnya bersifat asli (“kolom”), namun ada pula media massa yang menggunakan nama lain seperti “Resonansi” dan ”Refleksi (Republika), “Asal Usul” (Kompas), “ Perspektif” (Ummat ), dan sebagainya.
Penulisnya disebut kolumnis (Columnis). Dalam kamus bahasa, kolumnis diartikan sebagai seorang penulis yang menyumbangkan karangan (artikel) pada suatu media massa secara tetap.[1]
Bahkan dalam kamus jurnalistik kolom (column) mempunyai beberapa arti, (1) ruangan (space) di halaman media masa cetak untuk naskah, (2) rubrik khusus di media massa cetak yang berisi karangan atau tulisan pendek pendapat subjektif penulisan tentang suatu masalah. Rubrik khusus itu umumnya bernama asli kolom, namun ada pula media massa yang menggunakan nama lain, seperti resonansi dan refleksi (republika), dan asal usul (kompas). (3) tulisan opini yang berisi hanya pendapat, berbeda dengan tulisan artikel yang berisi pendapat namun disertai data, fakta, berita atau argumentasi berdasarkan penalaran, pemikiran kritis dan menurut pendapat subjektifnya. Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan dan penutup. Ia langsung berisi tubuh tulisan yakni berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja. Bahkan, dapat hanya satu kata.[2]
           Seperti dalam paragraf sebelunya, sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam surat kabar atau majalah adalah artikel. Tetapi ada kekhasan kolom jika dibandingkan dengan artikel. Tulisan –tulisan kolom selalu reflektif atau bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumpulan intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan kadang – kadang iman.
           Dengan demikian tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan berbentuk kolom itu tidak pernah bertele–tele, tetapi singkat lugas dan menarik. Ia cenderung mengajak pembacanya untuk menertawakan sikap – sikap yang tidak wajar yang terjadi di masyarakat. Oleh jarena itu sifatnya selalu menyindir. Kalaupun ia disarati dengan pesan yang berat, penulisannya selalu ringan dan lincah, kadang – kadang lucu.[3]
Setiap surat kabar memiliki kolom khusus yang menjadi ciri bagi media massa masing-masing, misalnya ‘Pojok’ Kompas, ‘Ole-Ole’ Pikiran Rakyat, ‘Rehat’ Republika.
Kolom khusus ini biasanya berisi komentar anonim atas perkembangan terakhir atau yang menyangkut situasi politik dan ekonomi. Isinya biasanya berupa kiasan, sindiran, sarkasme, kejutan, olok-olok yang terkadang terkesan agak ‘nakal’.
Pada umumnya, kolom khusus terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berupa pernyataan (biasanya dari pejabat, birokrat, tokoh, dan orang terkenal lainnya), sedangkan bagian kedua merupakan tanggapan dari redaksi media massa yang bersangkutan.
Contoh :
1.      Diduga ada manipulasi data kandungan emas Busang.
Busang, oh Musang ....... berbulu ayam. (Rehat Replubika)
2.      Kasus pemukulan wartawan agar diselesaikan bijaksana.
Bijak di sana, benjut di sini Pak ......” (Rehat Republika)
3.       “Citra kekuasaan peradilan harus dibangun bersama.” Kata ketua M.A.
Citra kekuasaan mah sudah ada, yang belum ada citra keadilan. (Rehat Republika)
4.      Ramah-ramah bantuan presiden untuk nelayan Muara Angke Jakarta kini dimiliki orang berduit.
Mudah-mudahan ini bukan kesalahan prosedur.
5.      PANGAB Jenderal TNI Wiranto membantah dirinya mengundurkan dirinya untuk persiapan menjadi calon presiden.
Sekarang ini benar-benar beredar begitu banyak berita bercampuran antara yang benar dan tidak. (Ole-Ole’ Pikiran Rakyat)
Kalau kita perhatikan contoh-contoh di atas, sebagian menggunakan gaya tanggapan yang bersifat sindiran terhadap pejabat, tokoh, dan pakar. Kolom khusus ini juga merupakan salah satu pemanfaatan ruang sempit untuk menyuarakan hati nurani yang bila dituangkan dalam bentuk tulisan panjang lebar dikhawatirkan akan disensor pihak tetentu. Tanggapan yang hadir dalam kolom khusus tidak secara ketat mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Ini juga menjadi simbol perlawanan terhadap kekuasaan.
Melalui bumbu humor yang menggelitik sekaligus pesan yang hendak disampaikan kepada pembaca dapat terlaksana, kolom khusus juga merupakan verbalisme kartunis yang terdapat dalam setiap surat kabar.[4]

B.     Tajuk Rencana
Tajuk rencana merupakan artikel yang dibuat jajaran redaksi atau orang yang diminta redaksi guna menulisnya. Tulisannya tidak terlalu panjang, diletakkan pada posisi yang tetap, biasanya dalam boks khusus. Tidak disebutkan siapa penulisnya, karena isi tulisan itu merupakan tanggung jawab redaksi dan merupakan pendapat dari media massa itu tentang suatu masalah.
Secara sederhana, kamus lengkap Bahasa Indonesia, menyebutkan, tajuk rencana sebagai induk karangan. Sedangkan tajuk, berarti mahkota, sehingga tajuk rencana merupakan mahkota dari media cetak, seperti surat kabar, tabloit atau majalah. [5]
Sedangkan menurut penulis buku Editorial Writing, Lyle Spencer, seperti yang dikutip Dja’far H. Assegaf mendefinisikan tajuk rencana merupakan pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat, logis dan menarik, di tinjau dari segi penulisan dan bertujuan untuk memengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang menonjol sebegitu rupa sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar, akan menyimak pentingnya arti berita yang ditajukkan tersebut.[6]
Dengan penyataan spancer dapat disimpulkan, tajuk rencana harus berisi :
1.      Pendapat
2.      logis
3.      singkat
4.      menarik
5.      memengaruhi pendapat.[7]
Adapun fungsi tajuk rencana meliputi empat hal, yakni:
1.      Menjelaskan berita
Tajuk rencana menjelaskan suatu berita atau peristiwa. Penulis tajuk bertindak sebagai guru bagi masyarakat atau konsumen media tersebut. Misalnya penulis menjelaskan apa arti kebijakan yang diambil dan apa dampaknya bagi masyarakat.
2.      Mengisi latar belakang
Tajuk rencana berfungsi memberikan kaitan suatu berita dengan kenyataan – kenyataansosial lainnya. Penulis tajuk rencana tersebut dapat melengkapi berita tersebut dengan faktor – faktor lain yang memengaruhinya. Dengan memasukkan bahan – bahan yang dikuasai penulis tajuk rencana, membaca akan dapat memahami suatu berita dalam cakrawala baru dan  facet – facet yang sebelumnya tidak terlihat.
3.      Meramalkan masa depan
Tajuk rencana berfungsi menganalisis “ramalan” atau prediksi, apa yang akan akibat dari suatu berita atau peristiwa. Dengan demikian, berbagai pihak dapat berjaga – jaga atau memanfaatkan sesuatu di masa depan.
4.      Meneruskan suatu penilaian moral
Sejak lama penulis tajuk rencana mencerminkan apa yang dirasakan hati nurani masyarakat. Karena itu, penulis tajuk rencana diharapkan memihak dan memberikan penilaian serta argumentasi dari penilaian yang dulakukannya. Dalam fungsi ini, penulis tajuk rencana memberikan penilaian dan sikapnya atas suatu peristiwa atau pendapat. [8]
Selain fungsinya, tajuk rencana juga memiliki bentuk–bentuk yang berbeda. Bentuk tajuk rencana yang sering ditulis redaksi media massa, menurut Supriyanto, meliputi tajuk interpretatif, tajuk kritik, tajuk persuasif, serta tajuk pujian.
1.      Tajuk Interpretatif
Tajuk Interpretatif merupakan tajuk rencana yang memaparkan pendapat tentang suatu masalah yang muncul di masyarakat. Tujuan penulisan tajuk seperti ini umtuk menyajikan pendapat redaksi guna memeroleh opini publik atau membentuk opini tertentu di tengah masyarakat pembacanya.
2.      Tajuk kritik
Tajuk rencana yang menyajikan kritik konstruktif disampaikan redaksi media terhadap keganjilan di masyarakat. Tujuannya supaya terjadi perubahan di masyarakat yang dilakukan lembaga berwenang demi kepentingan umum.
3.      Tajuk persuasif
Tajuk Persuasif atau membejuk bertujuan mengajak masyarakat melakukan perbuatan tertentu demi kepentingan umum.
4.      Tajuk pujian
Tajuk yang berisi pujian yang ditampilkanguna memupuk rasa kebersamaan demi suatu tujuan tertentu. Tajuk pujian juga sering digunakan kepada seseorang atau sekelompok orang yang berprestasi di bidang atau profesinya demi kepentingan bangsa dan negara.

C.    Teknik Menulis kolom dan Tajuk Rencana
1.      Teknik menulis kolom
Teknik menulis kolom tidak berbeda dengan penulisan artikel, feature atau laporan. Tetapi yang perlu di ingat dalam penulisan kolom, penulis harus benar-benar menguasai masalahnya sehingga ungkapan-ungkapan, peumpamaan atau contoh yang di paparkan benar-benar mendukung gagasan yang akan disajikan. Dalam hal ini kedalaman berpikir seseorang akan menentukan baik tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya di kalangan wartawan tidak banyak yang mampu menulis kolom dengan baik.[9]
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis :
a.       Isi
Pilih tema aktual yang menarik perhatian dan sedang menjadi buah pembicaraan maupun pemikiran banyak orang. Dalam memilih isi, Anda perlu mempertimbangkan kalangan dan target pembaca. Sempitkan tema agar pembahasan Anda lebih spesifik, lebih fokus, dan lebih tajam. Sebagai contoh, menulis dengan tema "korupsi" jelas terlalu luas. Lebih menarik jika Anda menyempitkan temanya, seperti: "korupsi "salam tempel" oleh polisi".
Awali penulisan kolom dengan pengantar ringan, antara lain dengan menampilkan tokoh masa silam, mengutip kalimat bijak, atau mengemukakan dalil/rumus yang sudah banyak diketahui masyarakat. Mengapa demikian? Karena bagian pertama bertujuan menggiring atau mempersiapkan pembaca ke masalah utama, agar pembaca bisa mengikuti gagasan penulis dengan mulus. Kemudian, bentangkan ide pokok atau isi tulisan Anda. Uraikan sejelas mungkin dengan bahasa yang lugas dengan cara menganalogikan, menyejajarkan, mempertentangkan, mendeskripsikan, dan sebagainya. Setelah itu, tutuplah kolom dengan kalimat yang mengundang pembaca untuk bersikap dan bertindak. Sebuah kesimpulan yang terbuka memberi ruang diskusi bagi para pembacanya.
b.      Gaya Penulis
Tema dan isi tulisan kolom perlu dikemas dengan lebih "renyah", mudah dipahami, ringkas, serta menghibur, tanpa harus kehilangan makna dan tidak menjadi tulisan "murahan". Bagaimana hal tersebut dapat kita lakukan? Kreativitas! Dalam era kebebasan seperti sekarang, seorang penulis dituntut memiliki kreativitas lebih tinggi untuk memikat pembaca. Perkayalah tulisan Anda dengan anekdot, ironi, dan tragedi yang membuat tulisan Anda lebih "basah" serta berjiwa. Jangan terkesan menggurui walaupun Anda menguasai bahan. Sedapat mungkin, hindari penggunaan kata "seharusnya", "semestinya", dan sejenisnya. Gunakan kreativitas dan keterampilan mendongeng seraya menyampaikan pesan.
Ada berbagai cara kreatif untuk mengemas tulisan Anda. Beberapa tema tulisan bisa lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog. Akan tetapi, tema yang lain mungkin lebih tepat disajikan dengan lebih banyak narasi serta deskripsi yang diperkaya dengan anekdot. Beberapa penulis memilih bentuk penuturan yang khas untuk setiap tema yang ditulisnya. Contohnya:
1)       Dialog (Umar Kayam)
2)       Reflektif (Goenawan Mohamad)
3)       Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
4)       Humor/Satir (Mahbub Junaedi)
c.       Bahasa
Agar pembaca bisa mencerna maksud penulis dengan baik, semaksimal mungkin hindari penggunaan kata-kata yang membosankan dan kata-kata pemanis basa-basi, yang biasa diucapkan orang dalam pidato yang menjemukan. Hindari juga jargon atau istilah teknis yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu. Kreatiflah menggunakan deskripsi, anekdot, atau analogi untuk menerangkan maksud Anda. Hindari pemakaian bahasa asing atau daerah, dan pakailah bahasa Indonesia yang komunikatif. Tulisan yang komunikatif adalah tulisan yang mampu menghubungkan alam pikiran penulis maupun pembaca secara lancar dan hemat kata. Pakailah kata kerja aktif yang melancarkan proses membaca, karena biasanya kata kerja pasif menghambat proses membaca. Gunakan kalimat pasif hanya jika tidak terhindarkan. Selebihnya, kita perlu menaati tata bahasa Indonesia yang baku dan benar. Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma, dan tanda hubung. Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda kutip. Jika Anda ragu, bukalah kamus atau buku rujukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).[10]
Berikut ini contoh kolom,
Ramalan ”Ngawur”
Pergantian tahun tak lain hanya berupa pergantian angka pada penomoran tahun dan pergantian kalender. Bagi sebagian orang, pergantian tahun tak bermakna apa pun. Meskipun demikian, banyak yang menyarankan pada saat pergantian tahun ini dapat dijadikan ajang kontemplasi, introspeksi, maupun evaluasi untuk meniti kehidupan lebih baik di tahun berikutnya.
Ramalan adalah sesuatu yang sering bergaung saat pergantian tahun. Banyak orang yang penasaran tentang nasib hidupnya, usahanya, kesehatannya, hingga urusan jodoh. Hingga saat ini, saya tak pernah habis pikir tentang orang-orang yang percaya ramalan. Tentu saja, yang dimaksud adalah ramalan, bukan perkiraan ataupun analisis. Dalam pandangan saya, ada dua kategori bagi mereka yang percaya ramalan, yaitu tak percaya diri atau tak percaya Tuhan.
Iseng-iseng saya mencoba mencari-cari ramalan sejumlah paranormal ternama di negeri ini tentang 2009 yang dilontarkan pada akhir 2008 lalu. Salah seorang paranormal perempuan yang sering tampil di layar kaca meramal bahwa pada 2009 yang menjadi pendamping atau cawapres incumbent Presiden SBY adalah dari kalangan TNI. Tanda-tanda fisiknya memiliki hidung yang agak besar dan berperawakan sedang.
Masih paranormal yang sama, ia juga menyebutkan bahwa pada 2009 akan terjadi pergolakan politik besar-besaran di negeri ini. Bahkan, dua politikus terbunuh akibat akumulasi persaingan. Ah, pembaca yang dapat menilai sendiri apakah si paranormal layak dipercaya atau tidak.Seorang paranormal lainnya (kali ini laki-laki, selalu berpakaian hitam-hitam dan mulai berpolitik), meramalkan bahwa akan terjadi kekacauan politik, hingga Pemilu 2009 tak akan terwujud. Masalah ekonomi juga akan mengalami keterpurukan yang sangat parah. Belum lagi sejumlah ramalan tak penting tentang nasib hidup dan peruntungan, termasuk perceraian para selebritas. Tak hanya ramalan yang disajikan infotainment, tetapi juga dapat diakses melalui telefon seluler dengan mengetik REG spasi RAMAL ke nomor sekian.
Kebanyakan peramal tak mau menyebutkan secara detail ramalannya. Semua hanya kata-kata, yang sebenarnya semua orang pun sudah tahu. Bahkan, ada ramalan 2009 dari paranormal ternama yang membuat saya cekikikan sendiri, ”Curah hujan terbesar akan terjadi hingga Januari 2009 dan musim pancaroba akan terjadi pada April dan Mei serta Oktober-November.” Itu kan pelajaran anak SD kelas IV.
Beberapa peramal bahkan sengaja memberikan gambaran yang sangat samar, tentang orang yang akan mengalami musibah, termasuk kawin-cerai seperti selebriti. ”Kalau ramalannya salah kan tak terlalu malu nantinya!” celetuk salah seorang kawan. Entahlah.Masih tak percaya? Cobalah simpan rapat-rapat semua ramalan 2010 dari paranormal ternama. Lalu, buka kembali pada akhir tahun nanti dan buktikan sendiri.
Pesan saya, jangan percaya ramalan. Namun, percayalah bahwa kita akan menuai hasil dari apa yang telah kita perbuat. Apa pun itu. Penulis :(Asep Dede Ma’sum).

2.      Teknik menulis Tajuk rencana
Teknik menulis tajuk rencana lain dengan menulis berita. Jika dalam penulisan berita sudah punya pola dan pegangan pemisahan fakta dan opini dan harus obyektif, tidak demikian dengan penulisan tajuk rencana. Tajuk rencana umumnya merupakan tulisan beropini, dan harus mempunyai kedalaman analisa. Karena itu seorang penulis tajuk rencana haruslah seseorang yang mempunyai pengetahuan yang luas dan di kantornya harus pula mempunyai kelengkapan bahan-bahan rujukan. Penulis tajuk rencana haruslah seorang yang berkepala dingin dan tidak berprasangka. Ia harus mampu dengan bahasa yang baik, dengan analisa yang logis dan dengan sikap yang mantap mengemukakan argumentasinya. Seperti halnya di dalam perdebatan, ia harus mampu menjaga jangan sampai debatnya bersifat pribadi dan tidak lugas. Karena itu seorang penulis tajuk haruslah seorang yang sudah lama menjadi wartawan atau dalam bahasa Inggris disebut “seasonal reporter”. Pengalamannya di dalam menulis dan pengalaman di dalam menggunakan bahan rujukan dan guntingan surat kabar akan sangat membantunya di dalam tugas menulis tajuk rencana.
Mengenai tajuk rencana, Arthur C. Johnson, pemimpin redaksi Columbus Despatch menulis : “Pernyataan dalam tajuk rencana hanya dapat membentuk pendapat umum jika ia melayani kepentingan publik, tidak takut-takut, berani, tidak berprasangka dan konsistent. Tajuk tadi haruslah dilandaskan kepada kebijakan yang masuk akal dan berdasarkan pengalaman yang lama serta tidak bertujuan hanya untuk menyerang”.[11]
Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu permasalahan atau memberikan alternatif. Ia tidak hanya mecaci maki tetapi memberi motivasi. Itu berarti penulis tajuk senantiasa harus berpikir positif dan kritis. Mengingat sifatnya sebagai cerminan pendapat surat kabar atau majalah yang bersangkutan, tajuk rencana tidak boleh menyerang tulisan seseorang atau pendapat surat kabar atau majalah lain.[12]
Berikut Contoh Tajuk rencana tajuk rencana harian kompas (Selasa, 6 Maret 2012 | 07:46 WIB )
“Bagi mereka yang sudah pegang sertifikasi guru segera berikanlah hak mereka. Hentikan guru sebagai sapi perah oleh bermacam-macam instansi atau kepentingan politik praktis.”
Sertifikasi Guru, Haruskah?
Sebagai alat mewujudkan mutu pendidikan, pertanyaan di atas perlu dijawab: harus! Itulah salah satu upaya mengurai kesemrawutan persoalan guru.
Seabrek acara seremonial dan basa-basi menghormati guru. Barangkali terkecuali dosen, lirik Oemar Bakri, jadi guru jujur berbakti memang makan hati, menyuarakan rintihan pemegang profesi yang jumlahnya lebih dari 2,9 juta, lebih dari separuh PNS. Padahal, tak ada profesi apa pun yang terbebas dari peranan dan andil guru.
Perbaikan terkesan basa-basi. Di antaranya, tidak diterjemahkan dalam penghargaan kesejahteraan. Timbal balik itu tidak terjadi, bahkan guru sendiri harus memperjuangkannya.
Tunjangan profesi baru muncul beberapa tahun lalu, disusul tunjangan sertifikasi.
UU Guru Nomor 14 Tahun 2005 menegaskan guru sebagai profesi pendidik. Guru dan dosen diangkat sebagai profesi, artinya para pemegangnya berhak mendapatkan hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Terus merosotnya mutu praksis pendidikan dan hasil pendidikan salah satunya disebabkan faktor profesionalitas guru.
Padahal, menurut data Kemdikbud, guru yang layak mengajar di SD hanya sekitar 27 persen, di SMP sekitar 58 persen, di SMA sekitar 65 persen, dan di SMK sekitar 56 persen. Selain kualitas guru, jumlah guru—kecuali guru SD yang konon cukup tetapi tidak merata—menjadi faktor masalah kronis profesi keguruan di Indonesia.
Menyelenggarakan program sertifikasi guru kita dukung sebagai salah satu sarana peningkatan mutu guru. Menyerahkan status kepegawaian guru kepada daerah sejalan dengan UU Otonomi Daerah, dilihat sebagai upaya memenuhi kebutuhan guru di daerah.
Di lapangan, program itu tidak sejalan dengan rencana di atas kertas. Masuknya kepentingan politik praktis penguasa politik setempat berdampak terhadap netralitas pemegang profesi pendidik. Karena itu, ada rencana mengembalikan status PNS guru ke pusat.
Sebaliknya, kemudahan program sertifikasi lewat portofolio berekses manipulasi data. Diintrodusirlah ujian kompetensi awal yang berekses pada pengutipan uang oleh aparat, seperti tersingkap di Sumatera Utara.
Dengan ekses-ekses itu, apakah program sertifikasi—tahun ini dikuota 250.000 dan hingga 2014 ditarget 2,7 juta—dihentikan? Lantas, semua guru dengan sembilan status mereka selama ini semua diangkat sebagai PNS? Padahal, menurut Mendikbud Mohammad Nuh, hanya 30 persen dari 650.000 tenaga honorer bisa diangkat sebagai PNS. Semua hendaknya menjadi bahan pertimbangan.
Mengambil yang sedikit kejelekannya, program sertifikasi guru merupakan keniscayaan. Ekses yang terjadi seminimal mungkin dicegah, selain tentu perlu diikuti tindak lanjut dari apa yang dijanjikan bagi mereka.
Konkretnya? Di antaranya, bagi mereka yang sudah pegang sertifikasi guru segera berikanlah hak mereka. Hentikan guru sebagai sapi perah oleh bermacam-macam instansi atau kepentingan politik praktis.

IV.            KESIMPULAN
Kolom (column) adalah sebuah rubrik khusus di media massa cetak yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah. Rubrik khusus ini umumnya bersifat asli (“kolom”), namun ada pula media massa yang menggunakan nama lain seperti “Resonansi” dan ”Refleksi (Republika), “Asal Usul” (Kompas), “ Perspektif” (Ummat ), dan sebagainya.
Penulisnya disebut kolumnis (Columnis). Dalam kamus bahasa, kolumnis diartikan sebagai seorang penulis yang menyumbangkan karangan (artikel) pada suatu media massa secara tetap.
Tajuk rencana merupakan artikel yang dibuat jajaran redaksi atau orang yang diminta redaksi guna menulisnya. Tulisannya tidak terlalu panjang, diletakkan pada posisi yang tetap, biasanya dalam boks khusus. Tidaqk disebutkan siapa penulisnya, karena isi tulisan itu merupakan tanggung jawab redaksi dan merupakan pendapat dari media massa itu tentang suatu masalah.
Tajuk rencana harus berisi :
1.      Pendapat
2.      logis
3.      singkat
4.      menarik
5.      memengaruhi pendapat
Adapun fungsi tajuk rencana meliputi empat hal, yakni:
1.      Menjelaskan berita
2.      Mengisi latar belakang
3.      Meramalkan masa depan
4.      Meneruskan suatu penilaian moral

V.            PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

















DAFTAR PUSTAKA

H. Asegaff, Dja’far, Jurnalistik Masa kini, Jakarta :Balai Aksara, 1991
M Romli, Asep Syamsul, Jurnalistik praktis Untuk Pemula, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009
----------, Kamus Jurnalistik Daftar Istilah Penting Jurnalistik Cetak, Radio, dan Televisi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2008
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor : Galia Indonesia, 2008
Patmoko SK, Teknik Jurnalistik, Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 1996
http://khaledpunya.blogspot.com/ .html di download tanggal 17 maret 2013 pukul 10.00 WIB










Biografi penulis

Nama                                       : Mahfudz Sadzali
Tempat, tanggal lahir  : Demak, 10 Juli 20
Alamat                        :

Nama                                       : Mu’alifin
Tempat, tanggal lahir  : Demak, 09 Desember 1989
Alamat                        : Ds, Wringin jajar Kec. Mranggen Kab. Demak

Nama                                       : Muhammad Kholid Mawardi
Tempat, tanggal lahir  : Kendal, 07 September 1992
Alamat                        : Ds, Bojonggede Rt  I Rw II Kec.Ngampel Kab. Kendal



[1] Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik praktis Untuk Pemula, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 89
[2] Asep Syamsul M Romli, Kamus Jurnalistik Daftar Istilah Penting Jurnalistik Cetak, Radio, dan Televisi, ( Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2008), hlm. 74
[3] Patmoko SK, Teknik Jurnalistik, ( Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 1996), hlm. 36
[5] Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor : Galia Indonesia, 2008), hlm.225 - 226
[6] Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik praktis Untuk Pemula, hlm. 91 - 92
[7]  Mondry, hlm.226
[8] Mondry, hlm. 226 – 227
[9]  Patmono SK,  Hlm. 36
[10] http://khaledpunya.blogspot.com/ .html di download tanggal 17 maret 2013 pukul 10.00 WIB
[11] Dja’far H. Asegaff, Jurnalistik Masa kini, (Jakarta :Balai Aksara, 1991), Hlm. 67
[12] Patmoko, hlm. 34