KOLOM DAN TAJUK RENCANA
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Pendidikan
Jurnalistik
Dosen
Pengampu: M. Rikza Chamami, M.Si
Disusun oleh:
Mahfudz Sazali (103111122)
Mualifin (103111126)
M. Kholid Mawardi (103111127)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
KOLOM DAN TAJUK RENCANA
I.
PENDAHULUAN
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini
cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun
saling bersaing kecepatan sehingga tidak ayal bila si pemburu berita dituntut
kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan
jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia
ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada
masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam
menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap
pemberitaannya.
Salah satu media informasi yang masih digunakan
adalah surat kabar. Di dalam surat kabar, memuat halaman – halaman yang berisi
tentang artikel, berita, tajuk rencana, opini, lolom dan masih banyak lagi.
Tapi dalam makalah ini hanya akan membahas dua topik yaitu kolom dan tajuk
rencana. Dimana setiap topik akan dijelaskan secara terperinci.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Bagaimana
Pengertian Kolom?
B. Bagaimana
Pengertian Tajuk rencana?
C. Bagaimana Teknik
Menulis Kolom dan Tajuk Rencana?
III.
PEMBAHASAN
A.
KOLOM
Kolom (column) adalah sebuah rubrik khusus di
media massa cetak yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu
masalah. Rubrik khusus ini umumnya bersifat asli (“kolom”), namun ada pula
media massa yang menggunakan nama lain seperti “Resonansi” dan ”Refleksi (Republika), “Asal Usul” (Kompas), “ Perspektif” (Ummat ), dan sebagainya.
Penulisnya
disebut kolumnis (Columnis). Dalam
kamus bahasa, kolumnis diartikan sebagai seorang penulis yang menyumbangkan
karangan (artikel) pada suatu media massa secara tetap.
Bahkan dalam kamus jurnalistik kolom (column)
mempunyai beberapa arti, (1) ruangan (space) di halaman media masa cetak
untuk naskah, (2) rubrik khusus di media massa cetak yang berisi karangan atau
tulisan pendek pendapat subjektif penulisan tentang suatu masalah. Rubrik
khusus itu umumnya bernama asli kolom, namun ada pula media massa yang
menggunakan nama lain, seperti resonansi dan refleksi (republika), dan asal
usul (kompas). (3) tulisan opini yang berisi hanya pendapat, berbeda dengan
tulisan artikel yang berisi pendapat namun disertai data, fakta, berita atau
argumentasi berdasarkan penalaran, pemikiran kritis dan menurut pendapat subjektifnya.
Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian
pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan dan penutup. Ia langsung
berisi tubuh tulisan yakni berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat
penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja.
Bahkan, dapat hanya satu kata.
Seperti
dalam paragraf sebelunya, sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam
surat kabar atau majalah adalah artikel. Tetapi ada kekhasan kolom jika
dibandingkan dengan artikel. Tulisan –tulisan kolom selalu reflektif atau
bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumpulan
intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan kadang
– kadang iman.
Dengan
demikian tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk
bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan
berbentuk kolom itu tidak pernah bertele–tele, tetapi singkat lugas dan menarik.
Ia cenderung mengajak pembacanya untuk menertawakan sikap – sikap yang tidak
wajar yang terjadi di masyarakat. Oleh jarena itu sifatnya selalu menyindir.
Kalaupun ia disarati dengan pesan yang berat, penulisannya selalu ringan dan
lincah, kadang – kadang lucu.
Setiap surat kabar memiliki kolom
khusus yang menjadi ciri bagi media massa masing-masing, misalnya ‘Pojok’
Kompas, ‘Ole-Ole’ Pikiran Rakyat, ‘Rehat’ Republika.
Kolom khusus ini biasanya berisi
komentar anonim atas perkembangan terakhir atau yang menyangkut situasi politik
dan ekonomi. Isinya biasanya berupa kiasan, sindiran, sarkasme, kejutan,
olok-olok yang terkadang terkesan agak ‘nakal’.
Pada umumnya, kolom khusus terdiri
atas dua bagian. Bagian pertama berupa pernyataan (biasanya dari pejabat,
birokrat, tokoh, dan orang terkenal lainnya), sedangkan bagian kedua merupakan
tanggapan dari redaksi media massa yang bersangkutan.
Contoh :
1.
Diduga
ada manipulasi data kandungan emas Busang.
Busang, oh Musang .......
berbulu ayam. (Rehat Replubika)
2.
Kasus
pemukulan wartawan agar diselesaikan bijaksana.
Bijak di sana, benjut di sini
Pak ......” (Rehat Republika)
3.
“Citra kekuasaan peradilan
harus dibangun bersama.” Kata ketua M.A.
Citra kekuasaan mah
sudah ada, yang belum ada citra keadilan. (Rehat Republika)
4.
Ramah-ramah
bantuan presiden untuk nelayan Muara Angke Jakarta kini dimiliki orang berduit.
Mudah-mudahan ini bukan
kesalahan prosedur.
5.
PANGAB
Jenderal TNI Wiranto membantah dirinya mengundurkan dirinya untuk persiapan
menjadi calon presiden.
Sekarang ini benar-benar
beredar begitu banyak berita bercampuran antara yang benar dan tidak. (Ole-Ole’
Pikiran Rakyat)
Kalau kita perhatikan contoh-contoh
di atas, sebagian menggunakan gaya tanggapan yang bersifat sindiran terhadap
pejabat, tokoh, dan pakar. Kolom khusus ini juga merupakan salah satu
pemanfaatan ruang sempit untuk menyuarakan hati nurani yang bila dituangkan
dalam bentuk tulisan panjang lebar dikhawatirkan akan disensor pihak tetentu.
Tanggapan yang hadir dalam kolom khusus tidak secara ketat mengikuti kaidah
bahasa Indonesia. Ini juga menjadi simbol perlawanan terhadap kekuasaan.
Melalui bumbu humor yang menggelitik
sekaligus pesan yang hendak disampaikan kepada pembaca dapat terlaksana, kolom
khusus juga merupakan verbalisme kartunis yang terdapat dalam setiap surat
kabar.
B.
Tajuk
Rencana
Tajuk rencana merupakan artikel yang
dibuat jajaran redaksi atau orang yang diminta redaksi guna menulisnya.
Tulisannya tidak terlalu panjang, diletakkan pada posisi yang tetap, biasanya
dalam boks khusus. Tidak disebutkan siapa penulisnya, karena isi tulisan itu
merupakan tanggung jawab redaksi dan merupakan pendapat dari media massa itu
tentang suatu masalah.
Secara sederhana, kamus lengkap Bahasa Indonesia, menyebutkan, tajuk rencana sebagai induk karangan. Sedangkan tajuk,
berarti mahkota, sehingga tajuk rencana merupakan mahkota dari media cetak,
seperti surat kabar, tabloit atau majalah.
Sedangkan menurut penulis buku Editorial
Writing, Lyle Spencer, seperti yang dikutip Dja’far H. Assegaf mendefinisikan
tajuk rencana merupakan pernyataan mengenai fakta dan opini secara singkat,
logis dan menarik, di tinjau dari segi penulisan dan bertujuan untuk
memengaruhi pendapat atau memberikan interpretasi terhadap suatu berita yang
menonjol sebegitu rupa sehingga bagi kebanyakan pembaca surat kabar, akan
menyimak pentingnya arti berita yang ditajukkan tersebut.
Dengan penyataan spancer dapat
disimpulkan, tajuk rencana harus berisi :
1.
Pendapat
2.
logis
3.
singkat
4.
menarik
Adapun fungsi tajuk rencana meliputi empat hal, yakni:
1.
Menjelaskan
berita
Tajuk rencana menjelaskan suatu berita
atau peristiwa. Penulis tajuk bertindak sebagai guru bagi masyarakat atau
konsumen media tersebut. Misalnya penulis menjelaskan apa arti kebijakan yang
diambil dan apa dampaknya bagi masyarakat.
2.
Mengisi latar
belakang
Tajuk rencana berfungsi memberikan
kaitan suatu berita dengan kenyataan – kenyataansosial lainnya. Penulis tajuk
rencana tersebut dapat melengkapi berita tersebut dengan faktor – faktor lain
yang memengaruhinya. Dengan memasukkan bahan – bahan yang dikuasai penulis
tajuk rencana, membaca akan dapat memahami suatu berita dalam cakrawala baru
dan facet – facet yang sebelumnya
tidak terlihat.
3.
Meramalkan
masa depan
Tajuk rencana berfungsi menganalisis
“ramalan” atau prediksi, apa yang akan akibat dari suatu berita atau peristiwa.
Dengan demikian, berbagai pihak dapat berjaga – jaga atau memanfaatkan sesuatu
di masa depan.
4.
Meneruskan
suatu penilaian moral
Sejak lama penulis tajuk rencana
mencerminkan apa yang dirasakan hati nurani masyarakat. Karena itu, penulis
tajuk rencana diharapkan memihak dan memberikan penilaian serta argumentasi
dari penilaian yang dulakukannya. Dalam fungsi ini, penulis tajuk rencana
memberikan penilaian dan sikapnya atas suatu peristiwa atau pendapat.
Selain fungsinya, tajuk rencana juga
memiliki bentuk–bentuk yang berbeda. Bentuk tajuk rencana yang sering ditulis
redaksi media massa, menurut Supriyanto, meliputi tajuk interpretatif, tajuk
kritik, tajuk persuasif, serta tajuk pujian.
1.
Tajuk
Interpretatif
Tajuk Interpretatif merupakan tajuk
rencana yang memaparkan pendapat tentang suatu masalah yang muncul di
masyarakat. Tujuan penulisan tajuk seperti ini umtuk menyajikan pendapat
redaksi guna memeroleh opini publik atau membentuk opini tertentu di tengah
masyarakat pembacanya.
2.
Tajuk kritik
Tajuk rencana yang menyajikan kritik
konstruktif disampaikan redaksi media terhadap keganjilan di masyarakat.
Tujuannya supaya terjadi perubahan di masyarakat yang dilakukan lembaga
berwenang demi kepentingan umum.
3.
Tajuk
persuasif
Tajuk Persuasif atau membejuk bertujuan
mengajak masyarakat melakukan perbuatan tertentu demi kepentingan umum.
4.
Tajuk pujian
Tajuk yang berisi pujian yang
ditampilkanguna memupuk rasa kebersamaan demi suatu tujuan tertentu. Tajuk
pujian juga sering digunakan kepada seseorang atau sekelompok orang yang
berprestasi di bidang atau profesinya demi kepentingan bangsa dan negara.
C.
Teknik
Menulis kolom dan Tajuk Rencana
1.
Teknik
menulis kolom
Teknik menulis kolom tidak berbeda
dengan penulisan artikel, feature atau laporan. Tetapi yang perlu di ingat
dalam penulisan kolom, penulis harus benar-benar menguasai masalahnya sehingga
ungkapan-ungkapan, peumpamaan atau contoh yang di paparkan benar-benar
mendukung gagasan yang akan disajikan. Dalam hal ini kedalaman berpikir
seseorang akan menentukan baik tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya
di kalangan wartawan tidak banyak yang mampu menulis kolom dengan baik.
Berikut beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menulis :
a.
Isi
Pilih
tema aktual yang menarik perhatian dan sedang menjadi buah pembicaraan maupun
pemikiran banyak orang. Dalam memilih isi, Anda perlu mempertimbangkan kalangan
dan target pembaca. Sempitkan tema agar pembahasan Anda lebih spesifik, lebih
fokus, dan lebih tajam. Sebagai contoh, menulis dengan tema "korupsi"
jelas terlalu luas. Lebih menarik jika Anda menyempitkan temanya, seperti:
"korupsi "salam tempel" oleh polisi".
Awali
penulisan kolom dengan pengantar ringan, antara lain dengan menampilkan tokoh
masa silam, mengutip kalimat bijak, atau mengemukakan dalil/rumus yang sudah
banyak diketahui masyarakat. Mengapa demikian? Karena bagian pertama bertujuan
menggiring atau mempersiapkan pembaca ke masalah utama, agar pembaca bisa
mengikuti gagasan penulis dengan mulus. Kemudian, bentangkan ide pokok atau isi
tulisan Anda. Uraikan sejelas mungkin dengan bahasa yang lugas dengan cara
menganalogikan, menyejajarkan, mempertentangkan, mendeskripsikan, dan
sebagainya. Setelah itu, tutuplah kolom dengan kalimat yang mengundang pembaca
untuk bersikap dan bertindak. Sebuah kesimpulan yang terbuka memberi ruang
diskusi bagi para pembacanya.
b.
Gaya
Penulis
Tema
dan isi tulisan kolom perlu dikemas dengan lebih "renyah", mudah
dipahami, ringkas, serta menghibur, tanpa harus kehilangan makna dan tidak
menjadi tulisan "murahan". Bagaimana hal tersebut dapat kita lakukan?
Kreativitas! Dalam era kebebasan seperti sekarang, seorang penulis dituntut
memiliki kreativitas lebih tinggi untuk memikat pembaca. Perkayalah tulisan Anda
dengan anekdot, ironi, dan tragedi yang membuat tulisan Anda lebih
"basah" serta berjiwa. Jangan terkesan menggurui walaupun Anda
menguasai bahan. Sedapat mungkin, hindari penggunaan kata
"seharusnya", "semestinya", dan sejenisnya. Gunakan
kreativitas dan keterampilan mendongeng seraya menyampaikan pesan.
Ada
berbagai cara kreatif untuk mengemas tulisan Anda. Beberapa tema tulisan bisa
lebih kuat disajikan dalam bentuk dialog. Akan tetapi, tema yang lain mungkin
lebih tepat disajikan dengan lebih banyak narasi serta deskripsi yang diperkaya
dengan anekdot. Beberapa penulis memilih bentuk penuturan yang khas untuk
setiap tema yang ditulisnya. Contohnya:
1)
Dialog
(Umar Kayam)
2)
Reflektif
(Goenawan Mohamad)
3)
Narasi
(Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
4)
Humor/Satir
(Mahbub Junaedi)
c.
Bahasa
Agar
pembaca bisa mencerna maksud penulis dengan baik, semaksimal mungkin hindari
penggunaan kata-kata yang membosankan dan kata-kata pemanis basa-basi, yang
biasa diucapkan orang dalam pidato yang menjemukan. Hindari juga jargon atau
istilah teknis yang hanya dimengerti oleh kalangan tertentu. Kreatiflah
menggunakan deskripsi, anekdot, atau analogi untuk menerangkan maksud Anda.
Hindari pemakaian bahasa asing atau daerah, dan pakailah bahasa Indonesia yang
komunikatif. Tulisan yang komunikatif adalah tulisan yang mampu menghubungkan
alam pikiran penulis maupun pembaca secara lancar dan hemat kata. Pakailah kata
kerja aktif yang melancarkan proses membaca, karena biasanya kata kerja pasif
menghambat proses membaca. Gunakan kalimat pasif hanya jika tidak terhindarkan.
Selebihnya, kita perlu menaati tata bahasa Indonesia yang baku dan benar.
Apakah ejaan katanya benar, di mana meletakkan titik, koma, dan tanda hubung.
Apakah koma ditulis sebelum atau sesudah penutup tanda kutip. Jika Anda ragu,
bukalah kamus atau buku rujukan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).[10]
Berikut
ini contoh kolom,
Ramalan
”Ngawur”
Pergantian
tahun tak lain hanya berupa pergantian angka pada penomoran tahun dan
pergantian kalender. Bagi sebagian orang, pergantian tahun tak bermakna apa
pun. Meskipun demikian, banyak yang menyarankan pada saat pergantian tahun ini
dapat dijadikan ajang kontemplasi, introspeksi, maupun evaluasi untuk meniti
kehidupan lebih baik di tahun berikutnya.
Ramalan
adalah sesuatu yang sering bergaung saat pergantian tahun. Banyak orang yang
penasaran tentang nasib hidupnya, usahanya, kesehatannya, hingga urusan jodoh.
Hingga saat ini, saya tak pernah habis pikir tentang orang-orang yang percaya
ramalan. Tentu saja, yang dimaksud adalah ramalan, bukan perkiraan ataupun
analisis. Dalam pandangan saya, ada dua kategori bagi mereka yang percaya
ramalan, yaitu tak percaya diri atau tak percaya Tuhan.
Iseng-iseng
saya mencoba mencari-cari ramalan sejumlah paranormal ternama di negeri ini
tentang 2009 yang dilontarkan pada akhir 2008 lalu. Salah seorang paranormal
perempuan yang sering tampil di layar kaca meramal bahwa pada 2009 yang menjadi
pendamping atau cawapres incumbent Presiden SBY adalah dari kalangan TNI.
Tanda-tanda fisiknya memiliki hidung yang agak besar dan berperawakan sedang.
Masih
paranormal yang sama, ia juga menyebutkan bahwa pada 2009 akan terjadi
pergolakan politik besar-besaran di negeri ini. Bahkan, dua politikus terbunuh
akibat akumulasi persaingan. Ah, pembaca yang dapat menilai sendiri apakah si
paranormal layak dipercaya atau tidak.Seorang paranormal lainnya (kali ini
laki-laki, selalu berpakaian hitam-hitam dan mulai berpolitik), meramalkan
bahwa akan terjadi kekacauan politik, hingga Pemilu 2009 tak akan terwujud. Masalah
ekonomi juga akan mengalami keterpurukan yang sangat parah. Belum lagi sejumlah
ramalan tak penting tentang nasib hidup dan peruntungan, termasuk perceraian
para selebritas. Tak hanya ramalan yang disajikan infotainment, tetapi juga
dapat diakses melalui telefon seluler dengan mengetik REG spasi RAMAL ke nomor
sekian.
Kebanyakan
peramal tak mau menyebutkan secara detail ramalannya. Semua hanya kata-kata,
yang sebenarnya semua orang pun sudah tahu. Bahkan, ada ramalan 2009 dari
paranormal ternama yang membuat saya cekikikan sendiri, ”Curah hujan terbesar
akan terjadi hingga Januari 2009 dan musim pancaroba akan terjadi pada April
dan Mei serta Oktober-November.” Itu kan pelajaran anak SD kelas IV.
Beberapa
peramal bahkan sengaja memberikan gambaran yang sangat samar, tentang orang
yang akan mengalami musibah, termasuk kawin-cerai seperti selebriti. ”Kalau
ramalannya salah kan tak terlalu malu nantinya!” celetuk salah seorang kawan.
Entahlah.Masih tak percaya? Cobalah simpan rapat-rapat semua ramalan 2010 dari
paranormal ternama. Lalu, buka kembali pada akhir tahun nanti dan buktikan
sendiri.
Pesan
saya, jangan percaya ramalan. Namun, percayalah bahwa kita akan menuai hasil
dari apa yang telah kita perbuat. Apa pun itu. Penulis :(Asep Dede Ma’sum).
2.
Teknik
menulis Tajuk rencana
Teknik menulis tajuk rencana lain dengan
menulis berita. Jika dalam penulisan berita sudah punya pola dan pegangan
pemisahan fakta dan opini dan harus obyektif, tidak demikian dengan penulisan
tajuk rencana. Tajuk rencana umumnya merupakan tulisan beropini, dan harus
mempunyai kedalaman analisa. Karena itu seorang penulis tajuk rencana haruslah
seseorang yang mempunyai pengetahuan yang luas dan di kantornya harus pula
mempunyai kelengkapan bahan-bahan rujukan. Penulis tajuk rencana haruslah
seorang yang berkepala dingin dan tidak berprasangka. Ia harus mampu dengan
bahasa yang baik, dengan analisa yang logis dan dengan sikap yang mantap
mengemukakan argumentasinya. Seperti halnya di dalam perdebatan, ia harus mampu
menjaga jangan sampai debatnya bersifat pribadi dan tidak lugas. Karena itu
seorang penulis tajuk haruslah seorang yang sudah lama menjadi wartawan atau
dalam bahasa Inggris disebut “seasonal reporter”. Pengalamannya di dalam
menulis dan pengalaman di dalam menggunakan bahan rujukan dan guntingan surat
kabar akan sangat membantunya di dalam tugas menulis tajuk rencana.
Mengenai tajuk rencana, Arthur C. Johnson,
pemimpin redaksi Columbus Despatch menulis : “Pernyataan dalam tajuk rencana
hanya dapat membentuk pendapat umum jika ia melayani kepentingan publik, tidak
takut-takut, berani, tidak berprasangka dan konsistent. Tajuk tadi haruslah
dilandaskan kepada kebijakan yang masuk akal dan berdasarkan pengalaman yang
lama serta tidak bertujuan hanya untuk menyerang”.
Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya
melontarkan kritik tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu permasalahan
atau memberikan alternatif. Ia tidak hanya mecaci maki tetapi memberi motivasi.
Itu berarti penulis tajuk senantiasa harus berpikir positif dan kritis.
Mengingat sifatnya sebagai cerminan pendapat surat kabar atau majalah yang
bersangkutan, tajuk rencana tidak boleh menyerang tulisan seseorang atau
pendapat surat kabar atau majalah lain.
“Bagi
mereka yang sudah pegang sertifikasi guru segera berikanlah hak mereka.
Hentikan guru sebagai sapi perah oleh bermacam-macam instansi atau kepentingan
politik praktis.”
Sertifikasi
Guru, Haruskah?
Sebagai
alat mewujudkan mutu pendidikan, pertanyaan di atas perlu dijawab: harus!
Itulah salah satu upaya mengurai kesemrawutan persoalan guru.
Seabrek
acara seremonial dan basa-basi menghormati guru. Barangkali terkecuali dosen,
lirik Oemar Bakri, jadi guru jujur berbakti memang makan hati, menyuarakan rintihan pemegang
profesi yang jumlahnya lebih dari 2,9 juta, lebih dari separuh PNS. Padahal,
tak ada profesi apa pun yang terbebas dari peranan dan andil guru.
Perbaikan
terkesan basa-basi. Di antaranya, tidak diterjemahkan dalam penghargaan
kesejahteraan. Timbal balik itu tidak terjadi, bahkan guru sendiri harus
memperjuangkannya.
Tunjangan
profesi baru muncul beberapa tahun lalu, disusul tunjangan sertifikasi.
UU
Guru Nomor 14 Tahun 2005 menegaskan guru sebagai profesi pendidik. Guru dan
dosen diangkat sebagai profesi, artinya para pemegangnya berhak mendapatkan
hak-hak sekaligus kewajiban profesional. Terus merosotnya mutu praksis
pendidikan dan hasil pendidikan salah satunya disebabkan faktor profesionalitas
guru.
Padahal,
menurut data Kemdikbud, guru yang layak mengajar di SD hanya sekitar 27 persen,
di SMP sekitar 58 persen, di SMA sekitar 65 persen, dan di SMK sekitar 56
persen. Selain kualitas guru, jumlah guru—kecuali guru SD yang konon cukup
tetapi tidak merata—menjadi faktor masalah kronis profesi keguruan di
Indonesia.
Menyelenggarakan
program sertifikasi guru kita dukung sebagai salah satu sarana peningkatan mutu
guru. Menyerahkan status kepegawaian guru kepada daerah sejalan dengan UU
Otonomi Daerah, dilihat sebagai upaya memenuhi kebutuhan guru di daerah.
Di
lapangan, program itu tidak sejalan dengan rencana di atas kertas. Masuknya
kepentingan politik praktis penguasa politik setempat berdampak terhadap
netralitas pemegang profesi pendidik. Karena itu, ada rencana mengembalikan
status PNS guru ke pusat.
Sebaliknya,
kemudahan program sertifikasi lewat portofolio berekses manipulasi data.
Diintrodusirlah ujian kompetensi awal yang berekses pada pengutipan uang oleh
aparat, seperti tersingkap di Sumatera Utara.
Dengan
ekses-ekses itu, apakah program sertifikasi—tahun ini dikuota 250.000 dan
hingga 2014 ditarget 2,7 juta—dihentikan? Lantas, semua guru dengan sembilan
status mereka selama ini semua diangkat sebagai PNS? Padahal, menurut Mendikbud
Mohammad Nuh, hanya 30 persen dari 650.000 tenaga honorer bisa diangkat sebagai
PNS. Semua hendaknya menjadi bahan pertimbangan.
Mengambil
yang sedikit kejelekannya, program sertifikasi guru merupakan keniscayaan.
Ekses yang terjadi seminimal mungkin dicegah, selain tentu perlu diikuti tindak
lanjut dari apa yang dijanjikan bagi mereka.
Konkretnya?
Di antaranya, bagi mereka yang sudah pegang sertifikasi guru segera berikanlah
hak mereka. Hentikan guru sebagai sapi perah oleh bermacam-macam instansi atau
kepentingan politik praktis.
IV.
KESIMPULAN
Kolom (column)
adalah sebuah rubrik khusus di media massa cetak yang berisikan pendapat
subjektif penulisnya tentang suatu masalah. Rubrik khusus ini umumnya bersifat
asli (“kolom”), namun ada pula media massa yang menggunakan nama lain seperti
“Resonansi” dan ”Refleksi (Republika), “Asal Usul” (Kompas), “ Perspektif” (Ummat ), dan sebagainya.
Penulisnya disebut kolumnis (Columnis). Dalam kamus bahasa, kolumnis
diartikan sebagai seorang penulis yang menyumbangkan karangan (artikel) pada
suatu media massa secara tetap.
Tajuk rencana merupakan artikel yang dibuat jajaran redaksi atau orang
yang diminta redaksi guna menulisnya. Tulisannya tidak terlalu panjang,
diletakkan pada posisi yang tetap, biasanya dalam boks khusus. Tidaqk
disebutkan siapa penulisnya, karena isi tulisan itu merupakan tanggung jawab
redaksi dan merupakan pendapat dari media massa itu tentang suatu masalah.
Tajuk rencana harus berisi :
1.
Pendapat
2.
logis
3.
singkat
4.
menarik
5.
memengaruhi
pendapat
Adapun fungsi tajuk rencana meliputi empat hal, yakni:
1.
Menjelaskan
berita
2.
Mengisi latar
belakang
3.
Meramalkan
masa depan
4.
Meneruskan
suatu penilaian moral
V.
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
H.
Asegaff, Dja’far, Jurnalistik Masa kini, Jakarta :Balai Aksara, 1991
----------,
Kamus Jurnalistik Daftar Istilah Penting Jurnalistik Cetak, Radio, dan
Televisi, Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2008
Mondry, Pemahaman
Teori dan Praktik Jurnalistik, Bogor : Galia Indonesia, 2008
Patmoko
SK, Teknik Jurnalistik, Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 1996
Biografi penulis
Nama :
Mahfudz Sadzali
Tempat, tanggal lahir : Demak, 10 Juli 20
Alamat :
Nama :
Mu’alifin
Tempat, tanggal lahir : Demak, 09 Desember 1989
Alamat :
Ds, Wringin jajar Kec. Mranggen Kab. Demak
Nama :
Muhammad Kholid Mawardi
Tempat, tanggal lahir : Kendal, 07 September 1992
Alamat :
Ds, Bojonggede Rt I Rw II Kec.Ngampel
Kab. Kendal