MUHAMMAD
RIKZA CHAMAMI, ANAK MISKIN YANG MERAIH SUKSES
Senin, 13 Mei 2013
Oleh Mualifin
Baju yang
dipakainya menunjukkan bahwa Muhammad Rikza Chamami adalah seorang pria yang
sukses. Pria tampan ini sekarang berprofesi sebagai dosen di IAIN Walisongo
Semarang. Selain itu, pria yang biasa dipanggil Rikza ini juga aktif dalam
bidang jurnalistik. Ia menulis di berbagai media cetak seperti suara merdeka,
wawasan, solo pos, dll. Namun, jika melihat kehidupan masa lalunya, tidak ada
yang menyangka bahwa pria yang kelihatan sukses ini memiliki latar belakang
kehidupan yang serba sederhana.
Pria yang
biasa dipanggil Rikza oleh orang-orang disekitarnya itu, kedua orang tuanya
berprofesi sebagai pembuat sandal imitasi yang kemudian dijual di pasar-pasar
tradisional di dekat kampungnya. Kehidupannya berada di area pedesaan, yaitu di
desa Krandon, Kudus. Masyarakat di desanya saat itu masih memegang teguh
tradisi jawa kuno yang salah satu contohnya adalah jika ada anak yang lahir
dengan hari dan neptu/weton (bahasa jawa) yang sama dengan Ibunya, maka bayi
tersebut harus di buang, dengan tujuan agar anak tersebut nantinya ketika
tumbuh dewasa tidak bermasalah dengan ibunya. Dan hal itulah yang dialami oleh
Rikza, hari lahirnya sama dengan hari kelahiran ibunya yaitu pada hari kamis
kliwon. Maka pada saat lahir, ia dibuang oleh orang tuanya di tempat sampah
yang kemudian diambil oleh neneknya, Saodah. Itulah kisah malang yang tak
pernah bisa dilupakan yang di alami oleh Rikza semasa kecilnya. Jadi secara hak
asuh, orang tua Rikza adalah berada di tangan nenek Saodah. Namun, meskipun
demikian ia merupakan anak yang memiliki cita-cita yang tinggi.
Dalam dunia
kecilnya, ia suka dengan ilmu-ilmu agama seperti mengaji dan menghadiri
pengajian. Meski di sisi lain ia juga terkadang bermain-main dengan anak-anak di
desanya. Permainan yang ada di desanya saat itu adalah permainan-permainan tradisional,
seperti gobak sodor dan setinan.
Salah satu hal
yang tak pernah dilupakannya lagi yaitu pendidikan yang diajarkan oleh orang tuanya
yang menekankan “prinsip tirakat, tepo seliro (bahasa jawa), saling menghormati
dan menjalin tali persaudaraan”. Sehingga dengan pendidikan yang diajarkan oleh
orang tuanya itulah Rikza terus melangkah maju kedepan menuju kehidupan yang
lebih baik. Dalam prinsip hidupnya, Rikza mengatakatan “miskin boleh, tapi
kesuksesan harus di raih”.
.